Pentingnya Kesadaran dan Wawasan Global
Hallo semua Apa kabar??? Tetap Semangat yaaa... Semoga kita semua selalu dalam keadaan baik-baik saja, Aamiin...
Selamat datang di blog saya. Kali ini, saya akan menjelaskan terkait dengan pentingnya kesadaran wawasan dan wawasan Global.
PENTINGNYA KESADARAN DAN WAWASAN GLOBAL
1. Pengertian Kesadaran dalam Perspektif Global
Menurut kamus filsafat yang ditulis oleh Loren Bagus (1996) bahwa yang dimaksud dengan kesadaran mengandung arti keinsyafan terhadap ego, diri atau benda. Kesadaran adalah kemampuan untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana orang lain dapat melihatnya. Dengan kata lain kesadaran adalah “pengakuan diri”.
Kesadaran muncul dari dalam diri kita sebagai cetusan nurani. Kesadaran apabila dikaitkan dengan perspektif global maka kesadaran disini adalah pengakuan bahwa kita adalah bukan semata-mata sebagai warga suatu negara tetapi juga warga dunia, yang mempunyai ketergantungan terhadap orang lain dan bangsa lain, serta terhadap alam sekitar baik secara lokal,nasional dan global. Dengan kesadaran ini muncul suatu pengakuan bahwa masalah global perlu dipelajari, dipahami dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama, sehingga dalam berfikir, berucap, dan bertindak menunjukkan dan mencerminkan adanya kepedulian, kepentingan, dan kemanfaatan.
2. Arti Penting Kesadaran dalam Perspektif Global
Dalam kehidupan global yang pertama kali harus disadari adalah bahwa manusia merupakan warga global, sebagai penduduk dunia yang memiliki hak dan kewajiban tertentu. Hak merupakan conerstone of citizenship ( Steiner, 1966:20), merupakan inti dari kehidupan warga dunia. Sedangkan kewajiban merupakan panggilan atau tanggung jawab atau tugas kita sebagai warga dunia. Selain itu, perlu kita sadari bahwa di dunia ini tidak hanya ada kita, akan tetapi ada orang lain yang bermukim di seluruh belahan dunia. Oleh karena itu, kita harus banyak banyak mempelajari tentang dunia dan seisinya.
Kesadaran global adalah pengakuan bahwa kita bukan semata-mata sebagai warga suatu negara tetapi juga warga dunia, yang mempunyai ketergantungan terhadap orang lain dan bangsa lain, serta terhadap alam sekitar baik secara lokal, nasional dan global. Oleh karena siswa kita merupakan bagian dari dunia maka dia harus diberikan pengetahuan tentang keberadaan dia sebagai penduduk dunia. Sebagai guru kita mempunyai tugas mengglobalkan pengetahuan dan sikap serta kesadaran siswa terhadap dunia. Seperti ini adalah guru global atau global teacher ( Steiner, 1996).
Dengan kesadaran ini muncul suatu pengakuan bahwa masalah global perlu dipelajari, dipahami dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Dalam kehidupan global yang pertama kali harus disadari adalah bahwa manusia merupakan warga global, sebagai penduduk dunia yang memiliki hak dan kewajiban tertentu. Kunci pokok dari perspektif global adalah menghormati orang lain. Oleh karena itu, informasi, komunikasi terbuka, dan mau mendengar merupakan ketrampilan dasar bagi warga negara unutk memahami dunia. Permasalahan global yang sering kita dengar adalah tentang demokrasi, hak asasi, keadilan sosial, dan tanggung jawab global. Namun kita juga harus menyadari bahwa pelaksanaan masalah tersebut akan bervariasi antara negara satu dengan yang lainnya.
Kesadaran tentang terjadinya globalisasi adalah sikap / menerima suatu kenyataan bahwa planet tempat kita berada ini semakin menyempit dengan adanya terobosan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sikap dalam menghadapi globalisasi ini adalah bukan melawan arus globalisasi akan tetapi kita harus dapat “menjinakkan” globalisasi itu sendiri. Globalisasi adalah proses berlanjut, bila kita lambat mengikutinya maka kita akan semakin ketinggalan. Tetapi juga akan berakibat fatal apabila kita salah dalam memperlakukannya.Globalisasi terjadi salah satu faktornya adalah adanya kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bagaimana kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menimbulkan globalisasi?
Kemajuan IPTEK ini ditandai dengan berbagai temuan yang mengagumkan. Kita mengetahui berbagai temuan dalam ilmu pengetahuan yang berdampak pada dunia, Misalnya tentang pengembangbiakan mahluk hidup melalui sel “kloning” dan ditemukannya hijau daun (klorofil) sebagai obat pembasmi kanker. Kemajuan dalam bidang teknologi informasi terutama penggunaan komputer dan satelit juga merupakan faktor yang mempercepat arus globalisasi ini.
Perkembangan teknologi komunikasi diawali dengan diciptakannya pesawat telepon oleh Alexander Graham Bell (Yaya, 1998) pada tahun 1876 ini membawa perubahan besar terhadap teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi diperkuat lagi dengan berkembangnya teknologi komputer yang diciptakan oleh Atanasoff dan Clifford Berry pada tahun 1939. Kedua teknologi tersebut secara bersinergi memberikan landasan yang kuat bagi perkembangan teknologi komunikasi modern.
Dengan adanya teknologi telepon ini tidak lagi mengenal batas administrasi negara. Telepon mempunyai jangkauan yang sangat jauh dan luas, namun dmeikian manusia tetap tidak puas, selalu merasakan adanya kekurangan, bagaimana kalau orang yang ditelepon tidak ada di tempat? Bukankah komunikasi tersebut akan berhenti sampai di situ? Oleh karena itu, para ilmuwan terus berpikir, maka muncullah teknologi untuk mensinergikan sehingga bersinerginya telepon dan computer tersebut memunculkan surat elektronik (email), pager, telepon genggam, dan internet yang dapat mengatasi kekurangan teknologi telepon diatas.
Teknologi merupakan alat dan jalan, yang penggunaannya sangat tergantung pada orangnya. Apabila digunakan untuk hal yang negative maka teknologi menjadi sesuatu yang jelek dan menakutkan, sebaliknya apabila digunakan untuk kepentingan yang positif, maka teknologi menjadi sesuta yang baik dan sangat mengasyikkan. Disinilah pentingnya kesadaran dan wawasan agar teknologi digunakan untuk kepentingan yang positif.
Saat ini, kita memasuki abad “dunia tanpa tapal batas” administrasi negara. Kita merasakan bahwa dunia menjaid semkain sempit, dan transparan. Suatu peristiwa yang terjadi di satu belahan dunia akan dengan cepat diketahui di belahan dunia lainnya. Pengaruhnya dapat menembus langsung ke pelosok-pelosok dunia. Untuk ini kita dapat mengetahui dari Koran, televise, radio, telepon, internet, email, dan sebagainya. Inilah teknologi informasi yang merupakan media informasi bagi manusia.
Sadarkah kita, bahwa di rumah saat ini sudah dipenuhi dengan alat dan media sebagai hasil dari kemajuan teknologi, misalnya, TV, radio, telepon, parabola dan sebagainya. Alat dan media tersebut mempersempit dunia. Kita dapat mengetahui apa yang terjadi di timur tengah, di Eropa, di Amerika dalam sekejap. Dapatkah kita menolak kehadiran informasi melalui alat media teknologi tersebut? Atau apakah kita mempunyai kekuatan untuk menolaknya? Kita tidak perlu menolaknya yang penting bagi kita bagaimana kita mengakomodasikannya ke dalam pola dan perilaku sesuai dengan norma dan budaya kita.
Disinilah kita memerlukan kesadaran yang tinggi serta wawasan yang luas. Dengan kesadaran bahwa kita merasakan adanya kebutuhan memahami masalah global, serta dengan wawasan yang luas kita dapat memilih dan memilah informasi atau nilai mana yang diperlukan dan mana yang tidak, mana yang sesuai dengan nilai budaya kita dan mana yang tidak.
3. Landasan yang Diperlukan dalam Kesadaran Perspektif Global
1. Nasionalisme
Imawan mengutip pendapat Haas ( Yaya, 1998) bahwa nasionalisme yang kuat dapat menjadi pilar terhadap pengaruh buruk dari perkembangan teknologi yang pesat ini. Nasionalisme identik dengan perasaan atau semangat kesadaran bersama bahwa kita memiliki nilai bersama yang harus dijaga. Nasionalisme menunjuk pada totalitas kultur, sejarah, bahasa, psikologi, serta sentimen sosial lainnya yang menarik orang pada satu perasaan saling memiliki cita-cita maupun nilai kemasyarakatan.
Nasionalisme adalah cinta tanah air dengan prinsip baik buruk adalah negeriku.Namun dalam melaksanakannya nasionalisme tetap perlu dilandasi oleh logika dan rasional. Nasionalisme harus mampu menangkal perbedaan suku, adat istiadat, ras dan agama. Namun juga tidak hanya terkait oleh baik buruk adalah negaraku dan bangsaku. Yang baik harus kita ambil dan yang buruk kita tinggalkan. Kita memiliki kesadaran nasionalisme yang cukup kuat, misalnya kesetiakawanan sosial, ketahanan sosial, dan musyawarah nasional.
2. Norma dan agama
Bangsa kita terkenal sebagai bangsa yang agamis, patuh terhadap aturan dan norma yang ada, baik norma adat, sosial, susila, dan norma lainnya. Norma dan agama adalah pilar utama untuk menangkal pengaruh negatif seiring dengan gelombang globalisasi.
3. Nilai dan budaya bangsa
Bangsa kita memiliki budaya yang luhur, yang dapat disajikan pilar dan filter terhadap berbagai pengaruh yang negatif, serta sebagai pendukung bagi nilai dan pengaruh, yang membawa dampak pofitif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai contoh adalah “Pela Gadong” di Ambon untuk landasan kerukunan, pepatah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari” untuk simbul keteladanan, “rawe rawe rantas malang malang putung” sebagai simbul kebersamaan, dan silih-silah silih-asuh untuk acuan pendidikan masyarakat. Bukankah nilai budaya ini juga akan menjadi faktor pendukung sekaligus pilar terhadap globalisasi.
Tiga hal tersebut merupakan faktor pendukung dan sekaligus menjadi pilar terhadap pengaruh negatif yang perlu diperkokoh dalam rangka memasuki era globalisai.
Saat ini, kita memasuki abad dunia tanpa tapal batas administrasi negara. Kita merasakan bahwa dunia menjadi semakin sempit dan transparan. Suatu peristiwa yang terjadi di satu belahan dunia lainnya. Pengaruhnya dapat menembus langsung ke pelosok-pelosok dunia. Hal ini dikenal dengan sebutan globalisasi. Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang terjadi dikarenakan oleh pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Menurut Emil Salim (Mimbar Pendidikan, 1989), terdapat 4 bidang kekuatan gelombang globalisasi yang paling menonjol, yaitu:
a. Kekuatan pertama yang membuat dunia menjadi transparan dan sempit adalah gelombang perkembangan IPTEK yang amat tinggi. Kekuatan ini nampak antara lain pengguna komputer dan satelit. Dengan teknologi ini sekarang orang dapat dengan cepat dapat menghimpun informasi dunia dengan rinci tentang segala hal, misalnya kekayaan laut, hutan dan lain-lain. Dengan kemajuan IPTEK yang begitu kuat pengaruhnya sehingga dapat mengubah perspektif atau sikap, pandangan dan perilaku orang dengan kemajuan teknologi ini pula sekarang orang dapatberkomunikasi dengan cepat di mana pun mereka berada melalui handphone, internet dan lain-lain.
b. Kekuatan kedua adalah kekuatan ekonomi. Ekonomi global hyang terjadi saat ini demikian kuat, sehingga ekonomi peristiwa yang terjadi di suatu negara akan dapat dengan mudah diikuti dan mempengaruhi negara lain. Globalisasi dalam ekonomi nampak sebagai suatu keterkaitan mata rantai yang sulit untuk dilepaskan. Krisis moneter yang melanda indonesia saat ini, tidak terlepas dari kegiatan ekonomi di negara-negara ASEAN dan bahkan dunia.
c. Hal ketiga yang paling banyak disoroti saat ini adalah masalah lingkungan hidup. Kita masih ingat tentang peristiwa kebakaran hutan di Indonesia yang berdampak dunia. Pemngaruh asap kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatra dapat dirasakan dinegara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand bakan Flilipina. Dampak sangat terasa diseluruh dunia, di mana semua penerbangan ke Indonesia tertunda karena adanya gangguan asap.
d. Politik merupakan kekuatan keempat yang dirasakan sebagai kekuatan glonal. Misalnya krisis Teluk dampaknya sanngat dirasakan secara global di negara-negara lain, baik dalam segi politik maupun ekonomi. Adanya kekisruhan politik dalam negeri juga berdampak besar terhadap perkembangan pariwisata, perdagangan dan sebagainya.
Dalam kaitannya dengan globalisasi ini ada suatu mitos yaitu “think globally and act locally”. Orang harus berpikir dan berwawasan secara global, akan tetapi tidak melupakan landasan kita yaitu nasionalisme, agama dan norma, serta nilai budaya yang ada, karena itu sebagai identitas bangsa kita. Namun juga kita tidak perlu meningglakan masalah lokal karena itu kita hadapi dan kita rasakan secara langsung sehari-hari. Untuk kepentingan glonal harus kita mulai dari masalah lokal.Inilah yang menurut Steiner (1996) sebagai perab “global teacher” atau Guru global, yaitu kita berwawasan glonal namun bertindak dari mulai lokal sehingga mencapai yang lebih global.Sebagai contoh adalah peristiwa kebakaran hutan walaupun dampaknya mendunia dan mengglobal, namun kita tidak perlu menunggu bantuan dari PBB untuk memadamkannya. Kita sendiri berfusaha untuk memadamkannya, karena itu ada di daerah kita.
Dalam globalisasi kita menyadari bahwa setiap bangsa saling bersaing dan berpacu dengan segala perubahan dan kemajuan. Kita akan kalah dalam persaingan kalau kita tidak siap, dan tidak mengantisipainya sejak awal. Kesiapan kita dalam bersaing adalah penguasaan ilmu pengetahuan teknologi. Menurut Mochtar Buchari (Mimbar Pendidikan, 1989), peningkatan daya saing itu berikut.
1. Peningkatan produksi dan mutu produk. Yang dimaksudkan dengan produk di sini hanya dalam pengertian industeri, akan tetapi juga dalam pendidikan.
2. Penguasaan bahasa inggris sebagai bahasa yang digunakan secara internasional, bukan saja sebagai bahasa percakapan, tetapi juga buku sumber ilmu pengetahuan menggunakan bahasa inggris.
3. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Sebagaimana telah diuraikan pada modulnya sebelumnya, bahwa pengaruh dari IPTEK terhadap globalisasi sangat besar. Oleh karena itu, maka kuassailah IPTEK tersebut.
B. Pentingnya Wawasan dalam Perspektif Global
Menurut Makagiansar (Mimbar Pendidikan, 1989) agar kita dapat meningkatkan wawasan global ini, maka pendidikan peranan penting. Melalui pendidikan maka anda harus mampu mengembangkan 4 hal seperti berikut.
1. Kemampuan mengantisipasi (anticipate) . Pendidikan berusaha menyiapkan anak didik untuk mengantisipasi perkembangan IPTEK yang begitu cepat.
2. Mengerti dan mengatasi situasi (cope). Mengembangkan kemampuan dan sikap peserta didik untuk dapat menangani dan berhadapan dengan situasi baru. Rasa kepedulian terhadap suatu masalah serta keinginan untuk mengatasi masalah merupakan factor yang harus dikembangkan pada diri anak.
3. Mengakomodasi (accommodate) adalah Mengakomodasi perkembangan IPTEK yang pesat dan segala perubahan yang ditimbulkannya. Dalam ”mengatasi” (cope) dan mengakomodasi (accomodate) perlu dikembangkan sikap bahwa anak didik tidak larut oleh perubahan, tetapi ia harus mampu mengikuti dan mengendalikan perubahan agar tumbuh menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan.
4. Mereorientasi (reorient) adalah Persepsi dan wawasan kita tentang dunia perlu diorientasikan kembali karena perkembangan IPTEK dan perubahan sosial yang cepat. Melalui pendidikan kita memperluas persepsi anak. Kita mendidik untuk dapat mengadakan reorientasi sikap dan nilai, sehingga memperoleh wawasan yang semakin luas.
Nilai budaya yang merupakan identitas budaya harus kita pertahankan, tetapi ada nilai yang perlu diubah atau disesuaikan dengan perkembangan. Contoh, motto orang Jawa “mangan ora mangan ngumpul” yang dalam bahasa Indonesia adalah “makan atau tidak yang penting berkumpul” harus diubah karena tidak sesuai lagi dengan kehidupan global yang sudah berkembang sangat jauh. Perlu sikap baru terhadap perkembangan sekitar, bahwa dunia ini adlaah tempat tinggal kita dan tanah air kita harus kita jaga kelestariannya. Pendidikan harus membuka wawasan anak didik dan mengembangkan nilai-nilai yang perlu dipertahankan.
Sesuai dengan derasnya arus globalisasi ini, maka peran keluarga juga sangat besar. Tanpa kita sadari bahwa arus globalisasi ini telah melanda rumah tangga kita. Keluarga sekarang hidup dalam “kotak global” elektronik baru (Schultze, 1991). Ini dapat kita lihat dari adanya TV, radio, dan parabola. Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi rumah akan dipenuhi dengan computer yang dapat digunakan untuk email, internet, dan alat komunikasi jarak jauh lainnya. Selain itu, bagi anak yang tidak memilikinya di rumah, mereka dapat main ‘dingdong’ ti tempat yang disediakan. Ini semua membuktikan bahwa kita mau tidak mau berada dalam arus globalisasi.
Dengan adanya media seperti itu, yang dapat kita kendarai untuk mengarungi arus globalisasi ini akan mengantar anak-anak kita keluar dari rumah dan berjalan-jalan ke kebudayaan lain. Kadang-kadang anak kita dibawa ke dunia yang tidak realistic. Suatu ketika anak-anak kita lebih pandai dari orang tua dalam menggunakan alat-alat seperti ini. Orang tua hanya menonton, sebagai pengikut dan tidak lagi membimbing atau mengarahkan anak. Globalisasi dengan melalui berbagai media seperti ini akan berpacu dengan para orang tua dalam membesarkan anak. Ini tentu harus kita waspadai.
Untuk lebih meningkatkan wawasan anda dalam mengikuti arus globalisasi ini, akan kami kutip pendapat HAR Tilaar (1998) tentang kondisi yang mencetuskan konsep-konsep inovasi yang dapat meningkatkan wawasan anda tentang masalah global dan globalisasi, seperti berikut.
1. Di dalam era globalisasi kita berada di dalam suatu masyarakat yang kompetitif, artinya pribadi dan masyarakat berada pada kondisi untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik dan berkualitas.
2. Masyarakat di dalam era globalisasi menuntut kualitas yang tinggi baik di dalam jasa, barang maupun investasi modal. Kualitas di atas kuantitas.
3. Era globalisasi merupakan era informasi dengan sarana-sarananya yang dikenal sebagai superhighway. Oleh sebab itu, pemanfaatan informasi superhighway merupakan suatu kebutuhan masyarakat modern dan dengan demikian perlu dikuasai anggota masyarakat.
4. Era globalisasi merupakan era komunikasi yang sangat cepat dan canggih. Oleh karena itu, penguasaan terhadap sarana komunikasi seperti bahasa merupakan syarat mutlak.
5. Era globalisasi ditandai oleh maraknya kehidupan bisnis, oleh karena itu, kemampuan bisnis, manajer, merupakan tuntutan masyarakat masa depan.
6. Era globalisasi merupakan era teknologi, oleh karena itu, masyarakatnya harus melek digital.
Institusi-institusi pendidikan seperti sekolah baik yang ada di negara berkembang maupun negara maju berperan penting di dalam membentuk dan mengembangkan individu maupun masyarakat agar mempunyai tingkah laku yang baik dan menjadi warga negara yang tahu akan hak dan kewajibannya. National Council for the Social Studies pada tahun 1982 (Merryfield, 1991) menunjukkan arti pentingnya perspektif global untuk diajarkan di sekolah-sekolah, antara lain:
1. Sekarang ini kita hidup dalam masa terjadinya peningkatan globalisasi yang ditandai dengan fenomena hampir semua orang berinteraksi secara transnasional (tidak hanya terbatas dalam negaranya saja), multikultural (dalam berbagai macam budaya), dan cross-cultural (berinteraksi dengan budaya lain selain yang dimilikinya).
2. Aktor-aktor yang berinteraksi dalam tingkatan dunia tidak hanya terbatas pada negara/bangsa saja namun juga melibatkan perseorangan, kelompok-kelompok lokal, organisasi-organisasi yang bergerak dalam bidang teknologi dan ilmu, kelompok-kelompok perdagangan MNCs (perusahaan-perusahaan multinasional), serta organisasi-organisasi regional. Mereka ini semakin aktif berinteraksi dan mampu mempengaruhi peristiwa-peristiwa lokal maupun global.
3. Kehidupan umat manusia tergantung pada satu lingkungan fisik dunia yang ditandai dengan terbatasnya sumber-sumber alam. Ekosistem dunia ini akan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh umat manusia.
4. Ada keterkaitan antara apa yang dilakukan manusia di bidang sosial, politik, ekonomi, teknologi, dan ekologi pada masa kini dengan masa depan umat manusia yang hidup di bumi ini beserta lingkungannya fisiknya di masa yang akan datang.
5. Terjadinya globalisasi yang melibatkan hampir seluruh umat manusia ini menyebabkan masing-masing individu dan seluruh masyarakat berkesempatan dan bertanggung jawab untuk berperan serta dalam meningkatkan lingkungan fisik maupun sosial.
C. Urgensi Wawasan Perspektif Global dalam Pengelolaan Pendidikan
Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan. Sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya, karena hanya manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk peningkatan kualitas pendidikan tersebut adalah dengan pengelolaan pendidikan dengan wawasan global. Apa pentingnya wawasan berperspektif global dalam pengelolaan pendidikan?
Perspektif global merupakan pandangan yang timbul dari kesadaran bahwa dalam kehidupan ini segala sesuatu selalu berkaitan dengan isu global. Orang sudah tidak memungkinkan lagi bisa mengisolasi diri dari pengaruh global. Manusia merupakan bagian dari pergerakan dunia, oleh karena itu harus memperhatikan kepentingan sesama warga dunia. Tujuan umum pengetahuan tentang perspektif global adalah selain untuk menambah wawasan juga untuk menghindarkan diri dari cara berpikir sempit, terkotak oleh batas-batas subyektif, primordial (lokalitas) seperti perbedaan warna kulit, ras, nasionalisme yang sempit.
Dengan demikian pentingnya (urgensi) wawasan perspektif global dalam pengelolaan pendidikan ialah sebagai langkah upaya dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal ini dikarenakan seperti yang telah dituliskan sebelumnya, dengan wawasan perspektif global kita dapat menghindarkan diri dari cara berpikir sempit dan terkotak-kotak oleh batas subyektif sehingga pemikiran kita lebih berkembang. Kita dapat melihat sistem pendidikan di negara lain yang telah maju dan berkembang. Dapat membandingkannya dengan pendidikan di negara kita, mana yang dapat diterapkan dan mana yang sekerdar untuk diketahui saja. Kita bisa mencontoh sistem pendidikan yang baik di negara lain selama hal itu tidak bertentangan dengan jati diri bangsa Indonesia.
D. APLIKASI DI INDONESIA
Penerapan Pengelolaan Pendidikan dengan Wawasan Ber-Perspektif Global di Indonesia Dalam penerapan pengelolaan pendidikan dengan wawasan ber-prespektif global, akan saya bahas lebih ke pendidikan yang berwawasan global. Pendidikan yang berwawasan global ini dapat dibedakan menjadi 2, yaitu dalam perspektif reformasi dan perspektif kuliner.
1. Perspektif reformasi
Pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang dirancang untuk mempersediakan anak didik dengan kemampuan dasar intelektual dan saling menggantungkan antar bangsa yang sangat tinggi. Pendidikan harus mengkhaitkan proses pendidikan yang berlangsung di sekolah dengan nilai-nilai yang selalu berubah di masyarakat global. Dengan demikian, sekolah harus memiliki orientasi nilai, di mana masyarakat tersebut harus selalu dikaji dalam kaitannya dengan masyarakat dunia.
Implikasi dari pendidikan berwawasan global menurut perfektif reformasi tidak hanya bersifat perombakan kurikulum, tetapi juga merombak sistem, struktur dan proses pendidikan. Pendidikan dengan kebijakan dasar sebagai kebijakan sosial tidak lagi cocok bagi pendidikan berwawasan global. Pendidikan berwawasan global harus merupakan kombinasi antara kebijakan yang mendasarkan pada mekanisme pasar. Maka dari itu, sistem dan struktur pendidikan harus bersifat terbuka, sebagaimana layaknya kegiatan yang memiliki fungsi ekonomis.
Kebijakan pendidikan yang berada di antara kebijakan sosial dan mekanisme pasar, memiliki arti bahwa pendidikan tidak semata-mata di tata dan diatur dengan menggunakan perangkat aturan sebagaimana yang berlaku sekarang ini, serba seragam, rinci dan instruktif. Tetapi pendidikan juga di atur layaknya suatu Mall, adanya kebebasan pemilik toko untuk menentukan barang apa yang akan dijual, bagaimana akan dijual dan dengan harga berapa barang akan dijual. Pemerintah tidak perlu mengatur segala sesuatu dengan rinci.
Selain itu, pendidikan berwawasan global bersifat sistematik organik, dengan ciri-ciri fleksibel-adaptif dan kreatif demokratis. Bersifat sistemik-organik artinya bahwa sekolah merupakan sekumpulan proses yang bersifat interaktif yang tidak bisa dilihat sebagai-hitam putih, tetapi setiap interaksi harus dilihat sebagai satu bagian dari keseluruhan interaksi yang ada.
Fleksibel-adaptif, artinya bahwa pendidikan lebih ditekankan sebagai suatu proses learning daripada teaching. Anak didik dirangsang untuk memiliki motivasi untuk mempelajari sesuatu yang harus dipelajari dan continues learning. Tetapi, anak didik tidak akan dipaksa untuk dipelajari. Sedangkan materi yang dipelajari bersifat integrated, materi satu dengan yang lain dikaitkan secara padu dan dalam open-sistem environment. Pada pendidikan tersebut karakteristik individu mendapat tempat yang layak.
Kreatif demokratis, berarti pendidikan senantiasa menekankan pada suatu sikap mental untuk senantiasa menghadirkan suatu yang baru dan orisinil. Secara paedagogis, kreativitas dan demokrasi merupakan dua sisi dari mata uang. Tanpa demokrasi tidak akan ada proses kreatif, sebaliknya tanpa proses kreatif demokrasi tidak akan memiliki makna.
Untuk memasuki era globalisasi pendidikan harus bergeser ke arah pendidikan yang berwawasan global. Dari perspektif kurikuler pendidikan berwawasan global berarti menyajikan kurikulum yang bersifat interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner. Berdasarkan perspektif reformasi, pendidikan berwawasan global berarti menuntut kebijakan pendidikan tidak semata-mata sebagai kebijakan sosial, melainkan suatu kebijakan yang berada di antara kebijakan sosial dan kebijakan yang mendasarkan pada mekanisme pasar. Maka dari itu, pendidikan harus memiliki kebebasan dan bersifat demokratis, fleksibel dan adaptif.
2. Perspektif kuliner
Pendidikan berwawasan global dapat dikaji berdasarkan pada dua perspektif yaitu perspektif reformasi dan perspektif kurikuler. Berdasarkan persperktif kurikuler, pendidikan berwawasan global merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan tenaga terdidik kelas menengah dan professional dengan meningkatkan kemampuan individu dalam memahami masyarakatnya dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat dunia, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1. Mempelajari budaya, sosial, politik dan ekonomi bangsa lain dengan titik berat memahami adanya saling ketergantungan.
2. Mempelajari barbagai cabang ilmu pengetahuan untuk dipergunakan sesuai dengan kebutuhan lingkungan setempat.
3. Mengembangkan berbagai kemungkinan berbagai kemampuan dan keterampilan untuk bekerjasama guna mewujudkan kehidupan masyarakat dunia yang lebih baik.
E. Kesimpulan
Kesadaran adalah kemampuan untuk melihat dirinya sendiri sebagaimana orang lain dapat melihatnya. Dengan kata lain kesadaran adalah “pengakuan diri”. Kesadaran apabila dikaitkan dengan perspektif global maka kesadaran disini adalah pengakuan bahwa kita adalah bukan semata-mata sebagai warga suatu negara tetapi juga warga dunia, yang mempunyai ketergantungan terhadap orang lain dan bangsa lain, serta terhadap alam sekitar baik secara lokal, nasional dan global. Sikap dalam menghadapi globalisasi ini adalah bukan melawan arus globalisasi akan tetapi kita harus dapat “menjinakkan” globalisasi itu sendiri. Dengan kesadaran global bahwa kita merasakan adanya kebutuhan memahami masalah global. Dengan wawasan global yang luas kita dapat memilih dan memilah informasi atau nilai mana yang diperlukan dan mana yang tidak, mana yang sesuai dengan nilai budaya kita dan mana yang tidak.
.
.
.
Terima kasih telah mengunjungi blog saya. Semoga dengan materi ini kita semua akan lebih memahami perspektif global dengan baik dan benar. Sampai jumpa di postingan berikutnya.
Penulis : Fitri Wahyuningsih
Rombel : B
NIM. : 1401422064
Semester 4 /Mata Kuliah Perspektif Global
E-mail : fitriningsih6088@students.unnes.ac.id
Komentar
Posting Komentar